Ariel Hidayat, PT Energi Agro Nusantara
Mojokerto, Enero – PT Energi Agro Nusantara (Enero) memberikan apresiasi atas upaya Pemerintah dalam menggandeng Akademisi terkait pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) terutama pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (BBN). Sektor Akademisi dirasa memiliki peran startegis dalam pengembangan BBN kedepan. Pernyataan ini disampaikan Sam Yusuf Helmi, Process & WWTP Manager PT Energi Agro Nusantara (Enero), Pabrik Bioethanol saat ditemui tim Jawa Pos di main office Enero, Gedeg,Mojokerto kemarin (10/10).
“Pengembangan BBN sebagai sumber bahan energi ramah lingkungan, tidak dapat mengandalkan Pemerintah dan sektor industri semata, terlaksananya program Pemerintah perlu dukungan dari kalangan akademisi. Mereka berperan sebagai salah satu agent of change dalam pengembangan BBN di masyarakat. Hal ini dikarenakan, kami dari sektor industri memiliki keterbatasan jangkauan dalam sosialisasi dan informasi” Ujar Sam
Baru-baru ini Pemerintah, melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia kerap berkontribusi dan berpartisipasi bersama Akademisi pada berbagai event baik seminar, workshop yang bertujuan memberikan wawasan dalam pemanfaatan EBTKE.
Selama ini, kalangan akademisi sebenarnya telah berperan dalam pengembangan bioethanol sebagai BBN dalam bentuk penelitian dan perlombaan. Enero telah beberapa kali berkolaborasi dengan Akademisi seperti Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Sepuluh Nopember, Surabaya (ITS) dan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (UGM). Kolaborasi dalam bentuk penelitian penggunaan bioethanol sebagai bahan bakar mobil dan Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE).
Bersama Teknik Mesin ITS, Bioethanol telah diujicobakan pada kendaraan komersial sebagai bahan bakar dengan hasil yang memuaskan. Dengan berbagai variasi pencampuran mulai E5 (kandungan ethanol 5% dicampur pada BBM), emisi gas CO yang dihasilkan lebih rendah dibanding dengan bensin. Penurunan emisi gas CO mencapai 15,30%. Hal ini berlaku juga bagi emisi gas lainnya. Berdasar visualisasi ruang bakar setelah 5000 km penggunaan kendaraan pemakaian bahan bakar E5, E10 dan 15 menghasilkan pengotoran yang relatif tipis, suhu yang relatif stabil dan rendah dibandingkan bensin. Secara teknis tidak ada kendala dalam pencampuran bioethanol dengan bensin. Hasil uji lainnya dari segi properti bahan bakar dan uji kerja mesin menghasilkan performa yang baik pula.
Selain ITS, Enero menyuplai bioethanol untuk KMHE yang diselenggarakan UGM tahun lalu. Hal ini dilakukan untuk mendorong minat pemanfaatan bioethanol yang hemat energi dan ramah lingkungan. Sedangkan suplai bioethanol lainnya digunakan Tim Mobil BBN, Rakata dari ITB dalam berpartisipasi di kejuaraan mobil BBN Asia. Pemanfaatan ethanol dirasa sungguh istimewa, sebagai contoh pada even KMHE, penggunaan bioethanol 1 liter pada mobil prototipe dapat mencapai jarak tempuh 596,663 km.
“Pengembangan BBN tidak cukup pada penelitian dan kontes mobil, dukungan akademisi dalam bentuk terobosan inovasi teknologi dan komersialisasi juga kami butuhkan. BBN menjadi penting dalam membantu Pemerintah meminimalisasi subsidi energi dan dapat dimanfaatkan masyarakat secara merata dan terjangkau. Kami dari sisi Industri sudah siap dalam produksi bioethanol” lanjut Sam