Writer & Performered by Dhanavia
Kebutuhan konsumsi Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia terus mengalami kenaikan seiring dengan berkurangnya cadangan bahan bakar fosil. Pada tahun 2025, kebutuhan akan EBT ditargetkan mencapai 23% dari total energi yang dibutuhkan (KESDM, 2015). Disisi lain kebutuhan energi di Indonesia khususnya bahan bakar minyak (BBM) terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Tingkat konsumsi rata-rata meningkat 6% setiap tahunnya, sementara cadangan dan produksi BBM mengalami penurunan 10%, setiap tahunnya (Kuncahyo dkk., 2013).
Salah satu dampak terbesar dari selalu digunakannya bahan bakar fosil adalah global warming. Pada tahun 2010 ada lebih dari 1 miliar kendaraan bermotor diseluruh dunia dan diproyeksikan akan terus mengalami peningkatan. Hal ini tentunya meningkatkan kadar emisi CO2 dipermukaan bumi.
Karbondioksida di atmosfer mencapai level tertinggi tahun 2016. Kondisi ini membuat suhu bumi semakin panas dan berbahaya buat generasi mendatang. Hal ini disampaikan badan World Meteorological Organization (WMO). Menurut laporan tersebut, kadar karbon dioksida mencapai rekor tertinggi dengan konsentrasi CO2 di angka 403,3 bagian per juta (ppm) di 2016, naik dari angka 400 bagian per juta (ppm) di 2015. “Tanpa upaya mengurangi kadar CO2 dan emisi gas rumah kaca, kita akan berada di kondisi membahayakan akhir abad ini, melebihi target yang juga kita ingin capai dari kesepakatan Paris,” ungkap Petteri Taalas, Sekjen WMO dalam pernyataan resminya seperti dilansir dari CNBC.
Global warming bisa menjadi salah satu penyebab masalah global yang kompleks apabila tidak ada langkah yang positif dan cara penanggulangan yang tepat. Dampak yang paling berbahaya dari global warming adalah lapisan ozon mulai menipis dimana fungsi utamanya menyelimuti bumi. Oleh karena itu pemerintah menyusun berbagai opsi pemanfaatan EBT, salah satunya adalah dengan memanfaatkan Bahan Bakar Nabati (BNN). Salah satu jenis BBN berbasis biofuel yang sudah diterapkan pemerintah sampai saat ini adalah bieotanol (BPPT, 2015).
Ethanol merupakan terobosan bioteknologi yang bisa menjadi alternatif bahan bakar energi terbarukan yang ramah lingkungan. Ethanol dikembangkan dengan teknologi modern, salah satunya ethanol dari pengolahan bahan dasar molasses (tetes tebu) hingga tingkat kemurnian mencapai 99.5%.
Ethanol fuel grade 99.5% merupakan bio-energi yang mampu menjadi pengganti bahan bakar fosil. Salah satu keunggulan bahan bakar etanol yang paling jelas adalah
Di era globalisasi sekarang sudah ada beberapa jalan keluar untuk hal ini, yang kita butuhkan sekarang adalah kemauan politik global dan respons akan kondisi darurat dan genting saat ini. Faktanya bahwa bio-fuel grade ethanol mampu mengurangi kadar CO2 dipermukaan bumi apabila digunakan secara maksimal dalam segi bahan bakar, sehingga ethanol bisa menjadi salah satu alternatif yang baik untuk menjadi solusi mengatasi permasalahan isu global warming.
Referensi:
Rahman Indra.” Kadar Karbon Dioksida di Atmosfer Capai Level Tertinggi”.www.cnnindonesia.com. 31 November 2017. 19 Desember 2018.https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20171031142925-255-252425/kadar-karbon-dioksida-di-atmosfer-capai-level-tertinggi
https://en.wikipedia.org/wiki/Alcohol_fuel
Sumber gambar: www.maxmanroe.com