Writen by: Ariel Hidayat
Pemanfaatan Vinasse sebagai Pupuk Hayati Cair
Vinasse, biasa juga disebut sebagai stillage merupakan hasil samping akhir dari proses pengolahan ethanol. Sebelum dihasilkan vinasse hasil samping lainnya dapat dimanfaatkan sebagai diversifikasi proses ethanol seperti yeast mud, biogas, CO2 dll. Penampakan vinasse berupa cairan kecoklatan dengan massa jenis lebih besar daripada air atau sekitar 1,042 g/cm3. Menurut Meeyer (2013), di beberapa negara, vinasse mengandung nutrisi tinggi terutama potasium dan baik digunakan sebagai pupuk.
Komposisi Vinasse
Komposisi vinasse bergantung pada bahan baku proses ethanol, model pengolahan ethanol bahkan pemanfaatan hasil samping lainnya. Namun, sebagian besar vinasse bersifat organik karena bahan baku dan pembantunya juga berasal dari bahan organik. Kandungan vinasse (berbahan baku molasses), sebagai contoh studi di Brazil yaitu unsur-unsur makro dan mikro N, P, K, Ca Mg dan S yang nilainya berkisar dari 0,04-6,5 g/L, serta pH kisaran 4-5. Sedangkan kandungan vinasse di Kolombia berupa N, P, K, Ca Mg dan S berkisar dari 0,01-3,52 g/L, serta pH sekitar 5. Sedangkan karakteristik vinasse dari pengolahan ethanol di PT Energi Agro Nusantara, kandungan unsur-unsur makro sudah berkurang dikarenakan telah terpakai dalam proses biomethanasi yang merubah material organik menjadi energi dalam bentuk biogas. Walaupun demikian vinasse masih menjadi media yang baik karena sifatnya yang organik dan pH-nya yang netral.
Pemanfaatan Vinasse sebagai Pupuk Hayati Cair
Dikarenakan sifatnya yang organik, vinasse baik diaplikasikan di tanah. Di negara-negara maju seperti Brazil, vinasse dimanfaatkan langsung sebagai irigasi tanaman. Vinasse berfungsi sebagai pengganti air dan pembenah tanah. Melalui saluran air sepanjang 25 km, vinasse dialirkan ke lahan-lahan tebu. Alternatif lainnya diaplikasikan melalui truk tangki. Sedangkan di PT Energi Agro Nusantara, vinasse diolah terlebih dahulu dengan mikroba fungsional dalam bentuk konsorsium untuk menambah kemanfaatannya. Hasil akhirnya berupa pupuk hayati cair. Aplikasi yang saat ini dilakukan dengan pengisian pupuk hayati cair ke truk tangki dengan kapasitas 5.000-40.000 liter. Dosis bervariasi bergantung pada jenis tanaman, tanah dan keperuntukannya. Biasanya berkisar dari 15.000 liter-200.000 liter per ha. Aplikasi baik dilakukan pada tanaman tebu dan tanaman sejenis, dikarenakan karakteristiknya yang membutuhkan asupan air dalam jumlah besar. Sedangkan bagi tanah, akan membantu membenah unsur-unsur dalam tanah.
Spesifikasi vinasse sebagai pupuk hayati cair pada intinya sebagai pembenah tanah. Kandungan mikroba pada pupuk akan bekerja sebagai penambat N dan pelarut P dalam tanah. Ragam mikroba antara lain Azospirilum sp., Azetobacter sp., Bacillus sp., Pseudomonas sp. dll.
Dalam proses penambatan unsur N, tumbuhan tidak dapat memanfaatkan unsur N secara bebas sehingga perlu diubah terlebih dahulu melalui bantuan mikroba fungsional menjadi senyawa organik yang dibutuhkan tumbuhan. Sebagai contoh pada tanaman kacang-kacangan (Leguminosae), mikroba akan membentuk benjolan pada akar dan dibantu enzim nitrogenase yang akan menambat N langsung dari udara. Selanjutnya N dirubah menjadi N organik seperti polipepida dan asam amino.
Dalam proses pelarutan unsur P, tanaman dibantu mikroba pelarut P. Dalam tanah, P masih terikat dengan unsur lainnya, sehingga perlu dilepaskan mikroba supaya dapat dikonsumsi oleh tanaman.
Dampak Pupuk Hayati Cair berbahan baku Vinasse bagi Tanah
Berdasarkan penelitian Penatti (2005), aplikasi vinasse tanpa perlakuan apapun saja dapat meningkatkan konsentrasi K di dalam tanah. Beberapa unsur makro lain juga meningkat seperti N, P Ca, Mg dan S serta unsur-unsur mikro lainnya. Karena sifatyna yang organik, maka akan membantu meningkatkan senyawa organik dalam tanah dan membantu memperbaiki struktur tanah, peningkatan kapasitas tukar kation serta memberi ketahanan terhadap air. Sedangkan dampaknya bagi tanaman, vinasse akan membantu perbaikan akar tanaman.
Pada demplot yang dilakukan di lahan tebu HGU PG Pesantren Baru dan lahan TS PG Gempolkrep, aplikasi pupuk hayati berbahan baku vinasse menunjukkan hasil yang positif. Sebagai contoh pada kebun HGU, formula pupuk hayati cair sebanyak 50.000 liter/ha dan pupuk anorganik 100% akan meningkatkan jumlah batang per juring 108a cm dan tinggi batang 278a cm dibanding hanya menggunakan pupuk organik dimana jumlah batang per juring hanya mencapai 76a cm dan tinggi batang 249a cm. Adapun untuk diameter tidak berbeda secara signifikan. Hasil eksperimen lainnya, pencampuran pupuk hayati dengan pupuk anorganik menunjukkan hasil lebih baik dibanding jika hanya dipupuk anorganik saja.
Berdasarkan pada penjelasan diatas, secara umum dapat disimpulkan aplikasi pupuk hayati cair direkomendasikan bagi tanaman tebu. Kondisi tanah diharapkan kembali subur secara bertahap, dengan penambahan mikroba fungsional di dalam tanah yang akan membantu mengembalikan unsur-unsur makro dan mikro yang dibutuhkan tanah. Dalam jangka panjang.
Sumber:
Penatti CP., De Araujo JV., Donzelli JL, De Souza SAV., Forti JA., and Ribeiro R., 2005: Vinasse – a liquid fertilizer. Proc. Int. Soc. Sugar Cane Technol.
Meeyer J., Rein P., Turner P., Mahtias K., 2013: Good Management Practices for the Cane Sugar Industry, Verlag Dr. Albert Bartens KG